29 November 2007

Let's speak English ! (bagaimana caranya ?)


Barisan kata-kata "Let's speak English !" selalu saja menggelitik pikiran orangtua yang memiliki anak-anak usia dini (3-5 tahun). Di tengah era globalisasi seperti sekarang ini, yang juga mau tidak mau memaksa anak-anak kita menjadi bagian dari era itu, Bahasa Inggris merupakan salah satu kunci penting di dalam memenangkan persaingan global. Bahasa asing (terutama Bahasa Inggris) merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam dunia bisnis, teknologi bahkan dalam kehidupan sosial. Secara sederhana, bukankah kita melihat sekarang ini bertebaran produk-produk teknologi dengan petunjuk pemakaian dalam Bahasa Inggris, seperti kata open untuk membuka, pada microwave kita misalnya. Tentu kita tidak ingin anak-anak kita gagap dalam mengoperasikannya.

Kemudian akankah kita dapat ikut tersenyum, andai anak kita menjadi bagian dari sebuah cerita lucu, tentang seorang pemuda lugu dari desa yang menyebut arti pintu dalam Bahasa Inggris sebagai push karena ia selalu melihat tulisan tersebut hampir di semua pintu yang ia lihat di kota-kota. Tentu kita akan merasa malu jika hal ini terjadi terhadap anak kita. Atau tentu kita akan malu juga di hadapan kerabat jika anak-anak kita kelak tak kunjung mendapat kerja, walau telah menyelesaikan jenjang sarajan, karena kurang pandai berbahasa Inggris.

Tentu saja anak-anak kita tidak boleh tergerus oleh zaman karena kemampuan Bahasa Inggris yang rendah.

Selama sekian puluh tahun, bangsa kita dengan alasan nasionalisme hampir mneninggalkan pembelajaran Bahasa Inggris yang baik kepada anak-anak di sekolah. Selama puluhan tahun kurikulum pendidikan nasional kita telah mengabaikan Bahasa Inggris dalam pembelajarannya. Sehingga ketika era persaingan bebas mulai melanda dunia, bangsa kita menjadi tidak siap. Sebagian besar mahasiswa Indonesia sekarang ini sangat pandai dalam dunia eksakta dan berhitung, tetapi selalu kalah dalam dunia persaingan karena rendahnya kemampuan berbahasa asing..

Contoh sederhana lagi adalah lemahnya daya saing tenaga kerja asal Indonesia dibandingkan tenaga kerja dari negara-negara yang sudah menjadikan Bahasa inggris sebagai bahasa kedua dalam kehidupan sehari-hari atau minimal intensitas penerapan Bahasa Inggris dalam dunia pendidikannya, seperti Singapore, Malaysia, bahkan dengan Philipina.

Bagaimana dengan nasionalisme ? ah...cara itu sudah lewat....let's speak english ! Dan kita akan dengan mudah memenangkan persaingan global.

Di bawah ini adalah beberapa cara mudah dalam mengenalkan Bahasa Inggris kepada anak-anak di usia dini. Para ahli telah sepakat bahwa pendidikan bahasa sangat baik jika diberikan kepada anak usia dini (3-5 tahun). Kemampuan anak pada usia usia itu dapat menyerap 2 (dua) bahasa dalam waktu yang bersamaan selain bahasa ibu. Mungkin dapat sampai 3 bahasa, tetapi tidak dianjurkan karena anak akan kesulitan dalam melafalkan kata secara benar alias akan tergagap dalam komunikasi.

Anjuran saya cukup 2 bahasa saja.

Cara mudah untuk memberi pelajaran Bahasa Inggris kepada anak usia 3-5 tahun adalah sebagai berikut :

Pertama, mengenalkan anak pada benda-benda di sekitar kita dalam Bahasa Inggris. Misalnya ajarkan anak-anak menyebutkan meja dalam Bahasa Inggris, lalu beralih kepada benda lain misalnya, pintu, jendela, pensil dan seterusnya yang berada di sekitar kita. Lalu tanyakan pada anak nama-nama benda tersebut pada pertemuan lainnya, biasakan itu setiap saat.

Kedua, bercakap-cakap dalam Bahasa Inggris sangat dianjurkan bagi orangtua, usahakan ada percakapan sederhana yang memakai Bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari, misalnya saat makan, bermain, atau belajar walau dalam porsi yang kecil dengan grammar yang cukup sederhana saja.

Ketiga, lalukanlah pengenalan produk berbahasa Inggris pada usia dini sangat penting, misalnya menonton film kartun berbahasa Inggris, games berbahasa Inggris misalnya, scrabble, words factory atau bahkan biaskan memberi buku cerita dalam Bahasa Inggris kepada anak anda.

Keempat, tentu saja memasukan anak kita ke sekolah yang memakai Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Ini merupakan cara termudah, karena di sekeliling kita pada saat sudah banyak sekolah-sekolah yang memakai Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, tinggal kita pintar-pintar memilihnya.

Sekarang kita bisa mulai, Let's speak English ! di rumah.

24 November 2007

Anak-anak adalah cahaya masa depan


Dunia pendidikan anak (child educations) adalah salah satu point yang cukup krusial dalam kehidupan kita. Seluruh komponen masyarakat seolah-olah dikerahkan dan selalu berada dalam upaya menerus terus mencari formula-formula terbaik untuk pengembangan dunia pendidikan anak. Ini karena kita meyakini bahwa anak-anak adalah penerus generasi kita di masa yang akan datang, generasi yang akan mewariskan kehidupan kita di masa depan. Bahkan tidak berlebihan jika seorang bijak sempat mengatakan bahwa anak-anak adalah cahaya masa depan.

Masalah pendidikan terhadap anak-anak selalu menjadi bahan perdebatan panjang di semua lingkungan, baik pemerintah, lingkungan masyarakat, bahkan juga di lingkungan usaha. Perdebatan panjang itu melahirkan : pergantian kurikulum yang terus menerus, kesadaran kurangnya anggaran yang kerapkali tak mencukupi biaya dasar peserta didik, sampai kesadaran internal orangtua. Kesadaran internal orangtua ? ini patut kita garis bawahi.

Pada dasarnya kewajiban mendidik anak adalah kewajiban mutlak orangtua terhadap anaknya, namun seiring bergeraknya waktu, lambat-laun kewajiban itu mulai di delegasikan kepada orang lain yang dianggap pantas, maka lahirlah kemudian profesi guru dan institusi sekolah. Sekarang ini, hampir semua hal yang berhubungan dengan dunia pendidikan anak diserahkan kepada guru atau institusi sekolah. Orangtua mulai kehilangan peran karena kesibukan sehari-hari dalam memenuhi biaya hidup.

Sebenarnya ada beberapa bagian dalam pendidikan anak yang bisa dikerjakan oleh orang tua dalam mengembangkan kemampuan dasar anak, sebelum anak tersebut kita serahkan penanganan pendidikannya kepada lembaga pendidikan.

Orangtua diharapkan dapat menjalankan beberapa cara awal dengan berdasar kepada kebutuhan pengembangan dasar diri anak yaitu :

Pengembangan kognitif awal, pengembangan ini adalah salah satu dasar pengembangan logika berpikir. Seorang anak sebaiknya diajarkan cara-cara berhitung sederhana pada usia dini, pelajaran menggambar, menyelesaikan permainan puzzle dan sebagainya. Dengan cara ini maka logika berpikir seorang anak akan berkembang dan terus bergerak mencapai tataran sesuai usianya.

Pengembangan dasar emosional, seorang anak dianjurkan untuk diberi latihan kesabaran dengan cara-cara yang tepat, misalnya memperkenalkan anak untuk menerima makan dalam urutan, memberi selang waktu untuk memberi keinginannya atau bahkan kita bisa membawa anak keluar untuk ikut antri pada lokasi-lokasi publik, seperti bank, pasar, loket tiket dan lainnya. Di harapkan anak akan memiliki tingkat kesabaran yang cukup untuk mengerti tentang kesabaran.

Pengembangan sosial, pada point ini dianjurkan anak selalu berada dalam kelompok sosial yang seusia sehingga perkembangan sosial anak akan berkembang ssuai usianya.

Pengembangan fisik, pengembangan ini adalah suatu pengembangan pada motorik anak. Tidak lain adalah melalui berolahraga secara tepat dan benar sesuai usianya.

Pengembangan bahasa, pengembangan ini sebagia besar dilakukan melalui metode komunikasi yang intens dan baik dengan anak, termasuk dalam hal ini adalah melalui buku, acara televisi, radio atau dengan membacakan cerita sebelum tidur atau mengajak anak datang ke pameran buku atau perpustakaan.

Bagian-bagian di atas adalah dasar pendidikan bagi anak yang dapat dilaksanakan orangtua sehari-hari, sehingga anak diharapkan akan mampu melalui proses pendidikan pada jenjang selanjutnya dengan lebih baik.

Kita semua adalah pemenang !

Seorang teman bertanya kepada saya :"apa kamu pernah merasa gagal ?"...opsss....saya malah berpikir keras akan pertanyaan mudah itu. Pikiran saya mulai menerawang menembus batas-batas masa lalu saya. Satu persatu slide kehidupan saya bermunculan, ada rencana, ada kesedihan, ada keberhasilan, ada kesedihan....kemudian bermuara pada pertanyaan pokok, apa hidup kita adalah runtutan kegagalan jika tidak sesuai harapan atau itu cuma sebuah pencapaian yang belum sempurna ?

Sebagian orang mungkin akan menjawab pilihan pertama, tapi saya lebih memilih yang kedua, hidup bukan kegagalan walaupun tidak mencapai kesempurnaan yang kita inginkan. Setiap hasil yang kita capai, sekecil apapun bentuknya, itu adalah sebuah keberhasilan. Nothing to lost...everybody is winner !

Sebelum saya bekerja di tempat sekarang, saya memulai sebagai seorang konsultan hukum pada sebuah kantor pengacara yang tidak begitu besar, sesekali datang klien yang meminta bantuan hukum. Sesekali dalam satu bulan !...sebuah penghasilan yang sangat tidak layak dalam dunia profesi itu. Apakah itu sebuah kegagalan ?, jika sudut pandang kita bermula dari atas dan besaran yang selalu absolut dari angka-angka, mungkin jawabnya iya. Tapi jika kita memandang dari sudut yang lain lagi, jawabnya bisa jadi tidak, walau sedikit saja... ada hasil dari pekerjaan kita...itu adalah juga sebuah keberhasilan. Di mana nilai keberhasilannya ? bukan kah ada angka 1 setelah 0 , itu nilai sebuah keberhasilan.

Jadi tidak ada kata kalah dalam kamus hidup saya, cuma keberhasilan yang mungkin belum sempurna seperti keinginan awal. Saya teramat percaya bahwa masing-masing diri kita adalah pemenang, dalam kadar yang tidak sama tentunya, seorang akan mendapat 10, seorang juga bisa akan mendapat 5 atau mungkin 2 ... tetapi ia tetap mendapat sesuatu.

Kekalahan pada dasarnya adalah sebuah stigma pecundang yang dibuat hati kita sendiri untuk mengkerdilkan kemampuan diri kita. Kata kalah adalah jalur penghambat untuk kita dalam meraih kemajuan, penghalang kita untuk terus berjuang meraih pencapaian.

Sesungguhnya pada setiap sesuatu yang kita nilai kalah, ada nilai kemenangan yang tidak atau belum kita sadari. Bukankah selalu kita dengar nasihat bijak untuk selalu dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian yang merugikan kita. Itu adalah kebenaran, dari setiap kekalahan ada nilai kemenangan yang mungkin tidak kita sadari.

Seorang teman lama pernah berkata kepada saya, : kalo kamu gak ingin tersesat janganlah memiliki tujuan ...' sebuah perkataan yang naif buat kita jalankan, tapi ketika saya renungkan dalam-dalam, ternyata intinya adalah bahwa kita adalah pemenang dari setiap tindakan kita, jadi sampai kemanapun perjalanan kita sampai, itulah tujuan kita.

Dalam konseptika agama itulah yang disebut bersyukur... berterima kasih pada yang maha kuasa seberapapun yang kita raih hari ini.

Sekali lagi, karena kita semua adalah pemenang !