21 May 2008

Panggil aku hujan...

"Panggil saja aku hujan", katamu manja setengah berbisik. Ketika kutanya namamu malam-malam itu. Sembari bergerak gemulai dalam desah dan gerak perlahan ke dalam pembaringan. "Apa cuma itu ?", tanyaku heran. Nama yang tak lazim di dengar dan tidak cukup enak untuk diucapkan. Entah itu nama asli atau cuma sekedar gurau belaka. Kamu tetap diam seribu kata, gelegak hasratmu lebih menggelora. Ah, peduli apa soal nama bukan ?

"Tak ada yang perlu kau tahu tentang masa laluku ", katamu singkat, sambil tetap mengulum senyum dan sesekali mengelap peluh yang masih bersemayam dalam lekuk-lekuk belahan dadamu. "Ah, rasanya cukup layak aku membayarmu puluhan kali lipat", aku mengguman dalam hati melihat gerakan tanganmu, yang membuatku darahku mengalir deras. Akupun merasa tak peduli lagi, dari mana asalmu.

Ini malam ketiga aku menemuimu. Sebuah kamar sempit dalam lorong kecil penuh aroma dusta cinta. Selalu sama, datang padamu tak pernah ada rasa bosan dalam hatiku untuk terus datang padamu, sekedar melepas hasrat atau bersenang-senang belaka. Tak ada cinta atau apa pun namanya buat kita, aku cukup memberimu sejumlah uang dan kamu memberi hangat tubuhmu sepenuh hati.

Ini hari keempat aku datang padamu, dengan hasrat yang mulai menggelegak dalam dada. Ehm, betapa indahnya membayangkan sekejap saja, merengkuh halus bahumu dan berlabuh dalam aroma badanmu yang menggeliat. Tapi, aku tak lagi menemukanmu malam ini.

Cuma secarik surat dengan warna merah menyala yang kamu titipkan melalui penjual rokok di depan kamarmu.


sungguh aku harus pergi

aku bukan siapa-siapa
aku cuma seorang perempuan penjaja cinta
yang mendapat murka dari sang pencipta
bertahun sudah aku mengidap aids ini
tak bisa terobati, tak bisa tersembuhkan
dan terabaikan dari taubat yang tak pernah sampai

aku cuma hujan, ... dan kamu mungkin adalah awan
tapi, bukankan hujan selalu menjadikan awan tiada ?



Seketika pandanganku terasa mulai gelap dan keringat dingin mengalir deras di sekujur tubuhku. Dunia seakan runtuh malam ini.

***********

Didedikasikan sepenuh hati untuk semua pria yang percaya akan adanya cinta

14 May 2008

Menambah Nilai Jual ! (bukan sekedar kamuflase)

Persoalan pelik terus berulang dihadapi ayah mertua saya. Singkong (umbi kayu) yang ditanamnya di belakang rumah sudah mengeras seperti kayu karena terlalu lama tidak dipanen. Beliau agaknya segan untuk memanennya, padahal sudah lelah menanamnya. Alasannya agak mengharukan, " untuk apa dipanen, toh harganya juga terlalu murah". Singkong atau biasa disebut ubi kayu memang tidak cukup berharga di kalangan petani di Lampung, 1 kilogramnya mungkin cuma berharga 300 rupiah saja. Jadi jika anda memikul satu karung singkong seberat 50 kg sampai lelah ke pasar, anda cuma akan mendapat uang 15 ribu rupiah. Hanya cukup untuk jajan 2 mangkok bakso, plus 2 gelas air mineral di pasar, dan pulang ke rumah dengan tangan hampa.

Akan tetapi, kemarin saya menelusuri sepanjang jalan Kebayoran Lama, satu dua saya menemukan gerai makanan dengan nama 'singkong keju'. Dengan rasa penasaran saya coba membeli dan memakannya, rasanya gurih dan renyah. Harganya sepotong kecil adalah seribu rupiah. Artinya jika satu kilogram singkong dapat dijadikan sekitar 20 potong saja singkong keju, itu akan bernilai 20 ribu rupiah. Dengan asumsi modal 10 ribu, nilai singkong yang cuma seharga 300 rupiah perkilogram di lampung sana, akan menjadi seharga 10 rb rupiah. Hebat !

Menambah nilai lebih pada suatu barang adalah satu cara kreatif yang paling mudah untuk memberikan nilai jual terhadap barang, sehingga barang tersebut memiliki nilai 'kemampuan' untuk segera laku terjual dan tentu saja berharga lebih tinggi.

Pada pokoknya, adalah bagaimana agar suatu barang yang akan kita jual dapat lebih menarik minat konsumen. Pada beberapa produk dilakukan penambahan nilai jual melalui variasi fungsi, misalnya pada makanan dan minuman. Masih ingat pada 'teh rasa melati' yang sempat mendongkrak penjualan teh cap botol beberapa tahun lalu ?

Pada berapa produk yang statis atau tidak bergerak, penambahan nilai jual dapat dilakukan melalui pewarnaan (pengecatan) atau perapihan, misalnya produk rumah tinggal atau kendaraan. Menjual rumah dengan terlebih dahulu dirapikan rumput-rumputnya serta pengecatan ulang akan lebih cepat laku dibanding yang menjual seadanya. Begitu juga dengan kendaraan, biasanya yang terlihat rapi dan mengkilat akan lebih cepat laku.

Malah terkadang ada pula penjual nakal yang seolah memberi nilai lebih pada produknya padahal justru malah menimbulkan kerugian pada konsumen, dan pada gilirannya merugikan penjual sendiri karena akan menurunnya tingkat kepercayaan konsumen terhadap penjual. Salah satu contoh, misalnya proses penggelondongan (pemberian air) pada hewan ternak yang akan dijual agar terlihat gemuk. Inilah yang disebut sebagai kamuflase dalam marketing. Suatu proses seolah-olah memberi nilai lebih pada produk, padahal pada dasarnya tidak memberikan nilai lebih. Melainkan hanya upaya pengelabuan.

Penambahan nilai jual melalui sentuhan pada produk, niscaya akan membuat produk yang kita jual akan lebih berharga tinggi. Jadi mulailah kita menjual barang dengan terlebih dahulu memberi nilai lebih tersebut. Tapi, sekali lagi, hindari kamuflase dalam marketing.

Keberhasilan Besar (dapat) Berasal Dari Kesempatan Kecil

Hampir setiap pagi antara jam 6.00 sampai jam 7.00 saya selalu mendengarkan siaran radio, nama stasiunnya hard rock fm. Siaran ini saya dengar selama perjalanan dari rumah di kawasan Pondok Pinang ke kantor saya di Kebon Jeruk. Acaranya selalu sama, karena saya selalu berangkat pada jam yang sama setiap harinya. Acara itu biasanya dipandu oleh penyiar Stenny Agustav dan Panji Pragiwaksono (sorry kalo namanya salah tulis). Isinya selalu sama, lagu, kuis dan celotehan ringan untuk membangunkan kita dari kantuk yang masih terasa.

Yang istimewa setelah kesekian kalinya saya mendengar acara ini, pagi ini saya mendapat clue menarik dari mereka : Keberhasilan besar didapat dari kesempatan-kesempatan kecil. Ini kisah hidup si penyiar Panji yang secara tidak sengaja melihat iklan lowongan kerja di sebuah koran bekas yang sudah koyak dan terlipat, ketika ia tidak sengaja datang ke kantin kampusnya semasa kuliah dulu. Sebuah kebetulan kecil, ketika ada sekotak iklan kecil yang tak sengaja terbaca tentang lowongan di stasiun radio (tempat ia bernaung sekarang)

Hari ini ia berpikir betapa kesempatan itu sangat kecil, cuma secarik koran bekas yang tidak sengaja terbaca, tapi begitu berarti. Andaikan koran bekas itu dibuang oleh orang lain, atau ia tak datang ke kantin hari itu, atau.... ada banyak kemungkinan lain. Mungkin ia tidak pernah menjadi seorang penyiar di hard rock fm, seperti sekarang ini.

Yup, banyak sekali kesempatan di dalam hidup kita, dari hal-hal kecil yang bahkan tidak kita perkirakan sama sekali sampai hal-hal besar. Banyak kesempatan kecil yang kita abaikan, karena kita anggap terlampau kecil. Ini tentang kisah seorang yang meraih kesuksesan besar dari kesempatan kecil (maaf namanya saya samarkan, untuk kepentingan pribadi).

Kisah ini terjadi sekitar tahun 80-an, seorang pedagang kacang goreng bawang mendapat order membuat sedikit kacang goreng, yang dibungkus dalam plastik kecil-kecil dari seorang pria ... biasa saja bukan, dimana kesempatannya ? ia ragu, bukankah dengan modal yang seadanya ia lebih baik membuat kacang goreng dan menitipkannya di warung-warung seperti biasanya, begitu pikirnya. Walau tidak yakin, ia mencoba menangkap peluang itu dengan baik. Ia membuat pesanan pria itu dengan sebaik-baiknya.

Selanjutnya pesanan pertama pria itu sukses dibuat dan pemesannya puas. Ternyata pria yang memesan kacang goreng itu adalah seorang staff logistik di sebuah maskapai penerbangan, yang sedang mencari suplier kacang goreng bawang untuk snack para penumpang. Alhasil, pedagang kacang goreng warungan itu sekarang menjadi pengusaha sukses yang memasok kacang goreng bawang pada maskapai penerbangan tersebut, tentu saja nilai omzet beratus kali lipat dari sekedar menitip di warung-warung.

Kadang banyak kesempatan yang kita anggap remeh, sehingga kesempatan itu diambil orang lain. Kemudian pada akhirnya kita menyesalinya karena telah meremehkan peluang atau bahkan kadang menjadi iri hati kepada yang mengambil kesempatan itu.

Saya percaya dari sebuah peluang kecil, jika dijalani dengan sepenuh hati ia akan menjadi sebuah keberhasilan besar. Toh, tidak ada yang tahu masa depan kita, bukan ?

05 May 2008

Pasar Yang Bergerak ...

Konsep pasar yang bergerak saya dengar pertama kali dalam ruang kuliah marketing program master di universitas. Sebenarnya teori konsep ini sederhana saja, hanya berkutat tentang perubahan keinginan (kebutuhan) konsumen yang tidak flexible alias tidak konstan alias bergerak. Saya menghindari kata berubah, karena kata berubah cenderung tidak menginspirasi kemajuan. Simple, akan tetapi konsep seperti ini yang sering dilupakan oleh (terutama) para pebisnis pemula, sehingga mereka kerap jatuh dan kembali memulai bisnis pada bidang yang berbeda. Untuk perusahaan mapan, biasanya mereka tidak lupa, tetapi gagal mengidentifikasi keinginan pasar.

Konsep pasar yang bergerak, adalah sebuah konsep pemahaman terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap suatu produk yang tidak sama dari waktu ke waktu. Konsumen adalah sebuah lembaga unik, yang kadang teramat sulit untuk dideteksi keinginannya. Sehingga terkadang pada perusahaan-perusahaan mapan merasa perlu membangun divisi tersendiri untuk mengantisipasi keinginan konsumen ini. Bahkan beberapa perusahaan memakai jasa konsultan loyalty konsumen.

Pasar yang bergerak, adalah rangkaian perubahan-perubahan keinginan konsumen terhadap suatu produk yang sama. Sehingga produk tersebut dipaksa memiliki berbagai varian atau plus produk dari fungsi awal. Sebagai contoh paling nyata adalah konsumen alat elektronik handphone misalnya, konsumen selalu menginginkan hal yang lebih dari sekedar handphone, mereka ingin berkamera, mereka ingin radio, dan seterusnya dan seterusnya.

Demikian pula dengan produk jasa, konsumen selalu ingin berubah. Seorang anak di harapkan pintar matematika, tapi esok hari juga diharapkan pintar bahas asing, kemudian diharapkan pintar bernegosiasi, kemudian pintar, berdiplomasi, dan seterusnya.

Mengabaikan perubahan pasar akan berakibat fatal. Ada beberapa perusahaan yang mesti kehilangan banyak pasar karena gagal mengantisipasi perubahan tersebut Tentu kita masih ingat produk penyentara (pager) yang hilang dari pasar dalam usia 3 tahun. Perusahaan ini tidak mampu mengantisipasi perubahan pasar yang bergerak, dalam arti mereka tidak memiliki cukup ruang untuk memenuhi pergerakan pasar. Mereka gagal memenuhi kebutuhan konsumen yang terus bergerak.

Untuk semua bidang bisnis, tanpa terkecuali, mengantisipasi pasar yang bergerak adalah suatu keharusan. Karena pada dasarnya keinginan konsumen adalah tidak pernah statis, mereka selalu terkooptasi dengan perubahan zaman. Pasar selalu akan bergerak, berubah, walaupun tentu dalam kecepatan yang berbeda satu sama lain.

Jadi untuk pemula, bergeraklah lebih cepat, karena pasar anda juga terus bergerak.