25 August 2008

Ramadhan Sale !

Ramadhan Sale ! ini kalimat yang dengan megah terpasang mencolok pada sebuah mall besar di Jakarta hari ini. Kalimat ini menjadi fokus pikiran saya, karena cuma di negeri inilah kalimat seperti ini muncul. Dan saya tahu, kalimat seperti itu banyak bermunculan di seantero kota di negeri ini.

Anda tentu saja tidak akan menemukan kata-kata seperti ini belahan dunia lain, bahkan di negara muslim pun. Ramadhan sale seperti sudah menjadi trademark dalam bisnis retail kita, terutama pada barang fashion dan barang kebutuhan sehari-hari. Pada bulan ini pusat-pusat pertokoan seolah saling berlomba menarik masyarakat untuk datang melalui program yang bertema religius.

Memanfaatkan peluang hampir sempurna telah dilakukan oleh para pengelola pusat perbelanjaan, karena pada bulan ini masyarakat akan terasa larut dalam suasana-suasana religius, walau dalam pemaknaan yang mungkin berbeda satu sama lain. Tapi bisa kah kita mengelak dari arus modernisasi, yang meng-global yang ditandai dengan tingkat konsumerisme masyarat yang tinggi ? Bukankah perekonomian memang harus terus bergerak, konsumen adalah urat nadinya.

Memaknai bulan suci agama kini tidak lagi bisa terelak dari nilai-nilai yang bersifat duniawi. Ramadhan Sale, mungkin hanya salah satu diantaranya. Bukankah sederetan event dengan tajuk religius muncul di hadapan kita melalui siaran-siaran televisi setiap harinya ? Dan intinya selalu bermuara pada nilai yang sama : trend dan keuntungan pasar. Itulah kenyataan.

Tapi mampukah kita mengimbangi makna itu dengan nilai yang lebih religius dan kembali pada nilai pertama kali ketika ramadhan diturunkan ? Yaitu menumbuhkan rasa solidaritas kepada kaum tidak berpunya serta memberi empati kepada saudara kita yang lemah.

Semuanya kembali pada kita. Selamat Berpuasa.

When Heaven Came Down : Memberi Makna Bulan Suci

September 2008....

Bulan ini memiliki nuansa yang teramat berbeda dengan bulan-bulan lain atau bulan sebelumnya. Pada bulan ini, terlihat berbagai stasiun televisi di negeri ini seolah-olah saling berlomba menggelar program-program bertema religius, ditambah dengan deretan artis ternama sebagai pengisi acara, bahkan hampir sepanjang hari !

Sementara di luar sana, deretan pertokoan dan mall-mall terang-terangan bersaing dengan menggelar berbagai event-even khusus ... great sale !, ramadhan sale ! dan berbagai nama event, yang bernuansa sama.

Yup, bulan suci Ramadhan telah tiba. Bulan yang penuh keistimewaan bagi umat Islam, sebuah bulan yang kehadirannya selalu di nantikan. Bulan dimana umat Islam diwajibkan untuk menunaikan ibadah puasa dan dipercaya dipenuhi berkah di setiap hari-harinya.

Bagi para pengelola pertokoan dan mall, inilah saatnya meraih keuntungan yang melimpah. Pertokoan dan mall-mall seantero kota biasanya akan menggelar berbagai acara untuk menambah omzet mereka pada bulan ini, karena pada bulan inilah perdagangan demikian mengairahkan.

Pengelola stasiun-stasiun televisi akan berlomba-lomba merangkai berbagai acara bertema religius, untuk menaikkan rating mereka. Mereka menggelar berbagai acara keagamaan hampir sepanjang hari. Tentu saja dengan mengharap omzet iklan yang melimpah pada bulan ini.

Semua itu sah-sah saja dalam era konsumerisme seperti sekarang ini. Menikmati kegemerlapan bulan ramadhan, menyaksikan kemeriahan bulan spesial, adalah keniscayaan dalam gaya kehidupan modern kita. Akan tetapi yang lebih penting dari hingar bingar semua itu adalah bagaimana kita mampu memaknai bulan suci ini dengan hal-hal yang positive.

Bulan ini adalah saat-saat yang tepat bagi kita untuk mengembangkan rasa empaty kita, menumbuhkan rasa solidaritas kita terhadap kaum yang kebetulan tak seberuntung kita dari segi materi. Itulah makna ramadhan itu sendiri. Dan yang terpenting lagi dari semua itu adalah, bulan ini adalah saat terbaik bagi kita men-charge kadar religius kita, mengisi kembali dasar-dasar keimanan kita, yang mungkin selama setahun ini terbenam dalam urusan duniawi, atau mungkin sedikit terabaikan karena urusan bisnis kita. Inilah saat yang tepat untuk kita melakukannya.

Tidak berlebihan seorang bijak berkata, bahwa pada bulan suci ini adalah : When Heaven Came Down ... saatnya surga turun ke bumi.

Bagi yang menjalankannya, selamat berpuasa.