29 April 2008

hari ini matahari pergi

hari ini matahari pergi
sambil meninggalkan sedikit cahayanya


setitik cahaya ia titipkan pada embun
yang membuatnya berkelip di sela dedaunan

setitik cahaya ia titipkan pada batu pualam
yang membuatnya berkilau dalam merah

setitik cahaya ia titipkan pada pantul air danau
yang membuatnya merona kala senja tiba


setitik cahaya lagi, mungkin ia titipkan dalam binar matamu

28 April 2008

Peranilah Dirimu Dengan Baik !

Dunia drama atau yang selalu kita sebut dengan dunia teater, mulai saya kenal ketika saya kelas 5 sekolah dasar. Pertemuan antara saya dengan dunia yang begitu membentuk karakter kehidupan saya ini tidak sengaja terjadi. Kisah ini bermula dari seorang sutradara muda idealis yang begitu saja muncul di lingkungan perumahan seorang teman sekolah saya. Saat itu ia tengah mempersiapkan sebuah pementasan drama anak-anak untuk sebuah perhelatan pameran buku internasional di balai sidang senayan, Jakarta. Kejadian ini pada pertengahan tahun 1985. Atas ajakan teman saya itu, bergabunglah saya dalam kelompok drama untuk pertama kali, sekaligus pementasan drama pertama kali dalam hidup saya.

Setelah itu, hari demi hari saya lalui bersama dengan group teater. Berlatih vocal, latihan alam, reading, blocking, stage, pentas adalah kata-kata yang sangat familiar dalam masa kanak-kanak saya. Dan saya berbaur dalam gerak pikir seorang dewasa yang kadang terlampua idealis. Sebagian anggota dari group teater kami pada masa itu adalah para mahasiswa yang pada saat itu penuh dengan rasa idealis.

Dunia teater adalah sebuah pengalaman hidup yang rekat terpatri teramat dalam diri saya, berbekas dalam setiap kehidupan diri saya. Sebuah pembentukan karakter yang tumbuh dalam pergaulan keseharian saya selanjutnya. Dunia teater memberi saya bukan sekedar sentuhan seni peran dalam perjalanan hidup saya, melainkan memolesnya dengan sebentuk kejujuran dan menghiasnya dengan sifat kekeluargaan yang teramat sangat. Memberi sesuatu sekaligus menerima, berbagi seperti saudara.

Tapi yang terpenting dari semua itu adalah suatu pelajaran hidup, bagaimana saya memerani berbagai peran kehidupan. Pernahkah anda tersenyum dalam kesedihan ? pernahkan anda memerankan orang lain dalam kehidupan anda ? atau pernahkan anda harus sedih dalam kesenangan ?

Semua peran dalam hidup toh akhirnya memang harus kita jalani, kita bisa berkhayal dalam imaginasi menjadi siapapun, tapi belum tentu dapat kita meraihnya. Jadi seyogyanya, peranilah kenyataan diri kita saat ini dengan baik. Jika kemudian peran itu beralih, maka jalani peran kita kemudian dengan baik juga. Begitu seterusnya.

Sekarang pimpinan group teater saya itu telah berpulang ke pencipta-Nya. Tetapi sesuatu yang tetap tidak saya mengerti dalam hidupnya yang toleran dan sikap kekeluargaan yang ia miliki. Ia berpulang tetap dalam sepi, tanpa pendamping, tanpa sanak keluarga.

Cuma falsafah kehidupannya yang saya raih : peranilah dirimu dengan baik, apapun pilihanmu.


Di Mana Batas Kemampuan Anda ?

Saya akan selalu ingat pesan bijak seorang guru agama ketika saya masih kecil, ketika itu usia saya mungkin sekitar 10 tahun. " Sadarilah bahwa semua sesuatu memiliki batas", itu kalimat yang saya terima kala sore selepas shalat azhar berjamaah di mesjid besar, tempat saya menimba ilmu agama. Selepas 25 tahun kemudian, tak sengaja kalimat sejenis itu saya kembali dengar dari seorang motivator Mario Teguh pada stasiun televisi 'O channel', sebuah stasiun tv lokal di Jakarta. Walaupun dalam konteks yang sedikit berbeda, konteks pertama dalam sebuah pesan religius dan konteks kedua dalam pesan motivatorial.

Membatasi diri, buat saya adalah suatu cara menahan setiap kemauan yang berlebihan. Sebuah self control terhadap semua keinginan, sebuah border message terhadap sikap ego non logical yang terkadang jauh melampaui batas kemampuan kita. Tanpa membatasi diri, kita seolah membuat sebuah ruang besar tanpa kita mampu menentukan luasnya. Seperti kita berusaha menarik sebuah garis panjang tanpa tahu seberapa panjangnya.

Seorang niscaya memiliki keinginan untuk memiliki sesuatu, its naturally. Akan tetapi dimana batas itu, adalah hal lain lagi. Mungkin kita ingin dan senang berbelanja gila-gilaan, tapi sadarkah kita batas budget kita ? Kita mungkin memiliki keinginan untuk berjalan-jalan, berwisata ke luar negeri misalnya, tapi ada juga batas biaya yang harus dikeluarkan untuk itu. Kita ingin meraih impian, tapi apakah kita sudah menetapkan impian sebesar apa yang ingin kita raih ?

Membatasi sesuatu terkadang bertentangan dengan ide-ide konvensional, tentu kita ingat tentang kisah si penemu thomas alfa yang memiliki mimpi yang hampir tak terbatas...opss..hampir tak terbatas ! tetapi toh tetap memiliki batas.

Membuat batas dari setiap keinginan kita adalah memasang pagar dari semua mimpi-mimpi kita akan menjadi obat penenang untuk menjaga diri kita dari sifat over control (berlebihan) dalam setiap kehidupan. Kita akan mampu memahami setiap kekurangan kita secara pribadi dan bisa mengetahui sejauh mana kita dapat bergerak serta terlepas dari sifat over confident. Dan yang terpenting lagi, kita dapat meredam rasa kecewa yang berlebihan bila kita gagal meraih impian.

Mungkin hari ini kita memiliki batas tertentu yang kecil dan terbatas saja, tapi lain kali seiring berkembangnya kualitas kehidupan kita, maka batas itu dapat kita perlebar dan dapat kita perluas. Batasan hidup tidak perlu memiliki sifat permanen, parameternya selalu begerak dan terus bergerak setiap saat. Memahami batas diri kita, adalah sebuah kebijaksanaan manusiawi yang akan membuat kita dapat menjalani setiap bagian kehidupan dengan penuh kebahagiaan.

Proficiat to mr mario teguh ! saya setuju pendapat anda, bahwa seorang dalam hidupnya dibatasi oleh batasan-batasan.

14 April 2008

Mind Your Body !

Mind Your Body, adalah nama judul suplemen dari The Strait Times, surat kabar terbesar terbitan Singapore yang selalu saya baca setiap hari. Yup, setiap hari walaupun kenyataannya selalu saja datang terlambat. Surat kabar ini terbit pagi, toh baru sampai di meja saya pukul 2.30 sore. Atau malah terkadang sampai esok paginya.

Sisipan yang berisi artikel-artikel seputar kesehatan ini biasa terlampir pada hari Rabu setiap minggunya. Berisi berbagai hal seputar kesehatan dan bebagai tips untuk menjaga kesehatan tubuh kita dan beberapa alternatif pengobatan jika kita sakit.

Sisipan ini bagi saya sangat menarik, dan selalu saja menarik perhatian saya setiap terbit, karena seolah-olah berisi pandangan bahwa tubuh kita memerlukan perlakuan yang pantas dari kita. Tabloid ini seakan memberikan saya gambaran, bahwa tubuh kita juga memiliki keinginan-keinginan berupa mind (pikiran). Tentu bukan tanpa alasan bukan tanpa alasan sisipan itu oleh penerbitnya diberi nama mind your body.

Pada dasarnya, kita memang harus berpikiran bahwa seluruh bagian dan organ tubuh kita memiliki hak untuk memperoleh perlakuan yang layak dari kita sendiri. Setiap bagian tubuh kita tentu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang berbeda satu dengan lainnya. Mereka menuntut perhatian kita secara khusus dan itu sangat wajar.

Misalnya, ketika mata kita terasa lelah dan mulai berair, setelah sekian jam beraktifitas di depan komputer, dalam membantu tugas kita bekerja, berilah ia istirahat yang cukup. Berilah pada mata kita itu kebutuhan vitamin-vitamin yang cukup, karena mata kita memerlukan semua itu. Berilah ia kenyamanan kembali untuk dapat beraktifitas selanjutnya.

Pernahkah tulang kita terasa kaku, dan otot kita terasa menegang setelah kita bekerja terlalu keras atau ketika mengangkat beban berat ? Itu berarti tulang kita memberi pesan pada kita, bahwa mereka cukup lelah! Maka segera beri tulang kita cukup istirahat dengan sejenak mengendurkan diri, megangkan badan dan melepaskan sedikit ketegangan. Lalu, minumlah Kalsium secukupnya, agar tulang kita tidak menjadi rapuh dan mudah patah.

Tubuh kita pada dasarnya akan selalu memberi pesan jika mereka lelah atau sakit. Dan percayalah, bahwa setiap bagian tubuh kita juga memiliki hak untuk istirahat yang cukup, berhak atas asupan vitamin-vitamin dan berbagai mineral yang layak. Tidak berlebihan bila kita memperlakukan setiap bagian tubuh kita, seolah-olah, ia mahluk tersendiri yang memiliki pikiran dan kebutuhan.

Sungguh saya terinspirasi oleh mind your body ini.

Bike to Work...It's Green Living !

Dalam beberapa hari ini saya selalu teringat seorang teman pria semasa kuliah. Orangnya boleh dikatakan teramat sangat sederhana, kalau tidak berlebihan untuk dikatakan ia selalu ketinggalan zaman. Banyak kesehariannya yang kala itu tidak sesuai gaya kami ketika masih kuliah.

Bayangkan saja, pada masa kuliah ia kerap memakai sepeda untuk berangkat dari rumahnya ke kampus sejauh puluhan kilometer, merayap di antara mobil dan biskota, ia selalu tahan berpanas-panas ria di belantara Jakarta dengan sepedanya. Sementara mahasiswa lain memilih bermobil ria, bersepeda motor dengan gaya, atau bagi yang tidak cukup mampu, ikut bergabung naik bis kota. Ia selalu saja bersepeda, jika ditanya alasannya sederhana saja, agar badan tetap sehat.

Saya tidak tahu lagi di mana kawan saya itu sekarang, apakah ia masih tetap bersepeda atau tidak lagi. Tetapi sungguh, banyaknya para karyawan perkantoran yang menganut ide 'bike to work' di Jakarta sekarang ini, kembali mengingatkan saya pada ide-idenya tentang hidup sehat dengan bersepeda. Atau mungkin teman saya itu yang menjadi pelopor gaya hidup bersepeda ke kantor ?

Idenya bersepeda ke kampus, mungkin memang tidak sehebat 'green living campaign' yang sekarang marak diserukan berbagai kalangan sebagai salah satu bagian dari kampanye anti global warming. Idenya bersepeda ke kampus pada saat itu merupakan pemikiran sederhana yang menurut saya brilian, walaupun dahulu kami selalu mencibirnya dan menganggapnya manusia aneh yang ketinggalan zaman. Tentu saja, karena kebiasaan bersepeda ke kampus itu terjadi lebih sepuluh tahun lalu, sebelum munculnya komunitas para biker di perkantoran Jakarta. Padahal gaya hidup bersepeda rianya bisa jadi bagian dari gaya hidup green living yang kita kenal sekarang.

Green living ini merupakan sebuah gaya hidup yang sekarang mulai dianut oleh masyarakat perkotaan, seiring mewabahnya kampanye anti global warming di dunia. Hiduplah dengan cara-cara yang sehat ! mungkin itu yang pantas diartikan sebagai green living ini. Sebuah gaya hidup sehat, dan lebih sehat lagi, yang dapat diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari secara praktis, seperti penggunaan bahan daur ulang pada kantong belanja, bike to work, pemilahan sampah organik dan non organik agar mudah di daur ulang, selalu mengkonsumsi makanan sehat dan sebagainya. Semakin cepat kita kembali kepada green living, tentu saja semakin cepat hidup kita lebih sehat.

Sekarang saya percaya pada teman saya itu, bersepeda akan membuat badan sehat. Sama seperti saya juga percaya bahwa green living akan membuat hidup kita lebih baik.

Lantas bagaimana dengan anda ?

10 April 2008

How Beautiful Are You ?

Annisa, 30 tahun, seorang secretary director percaya bahwa kecantikan adalah modal utama dalam hidupnya. Dalam berbagai kesempatan meeting dengan klien, ia selalu berusaha tampil sesempurna mungkin. Mulai dari cara berjalan, bagaimana menata potongan rambut, bahkan warna cat kuku apa yang pantas ia pakai, semuanya dengan seksama dia perhatikan.

Ia bahkan pernah rela tidak masuk kerja karena jerawat yang tumbuh secara tidak terduga di wajahnya yang halus.

Lain lagi dengan Adinda, 28 tahun, seorang web programmer. Ia merasa telah cukup datang ke kantor dengan kemeja dan celana jeans. Ia tidak peduli dengan rambutnya yang mulai tidak tertata rapi, dan malah terkadang sebagian menutupi kaca matanya yang minus. Baginya kecerdasan lebih utama dibanding kecantikan dan segala assesories wanita.

Yup, setiap wanita memang memiliki pandangan berbeda tentang kecantikan. Ada wanita yang menganggap kecantikan adalah modal utama dalam kehidupan dan karier, tapi sebagian wanita lain hanya menganggap kecerdasanlah modal utama dalam meniti karier.

Yang percaya bahwa kecantikan adalah modal utama, beranggapan bahwa kecantikan akan menumbuhkan rasa percaya diri, sehingga ia akan memperoleh banyak kesempatan. Sementara yang yakin cuma kecerdasan sebagai modal utama, percaya bahwa kecerdasan toh nanti akan memunculkan kecantikan dengan sendirinya.

Nah, sekarang di mana keyakinan anda ?

Semuanya terserah anda masing-masing ... tapi cobalah mulai bercermin dan bertanya, seberapa cantik anda sekarang ?