15 December 2008

rindu

menepis seribu rinduku padamu

adalah mengubur setiap geliat mimpi kita
dalam helaan desah serta seikat sumpah serapah

ah biarkan cerita itu jadi usang...

kemarin adalah cuma sepenggal kisah
tentang erangan sesaat dalam pagut liar
dan lumur peluh

bisikkan saja masa lalu itu
pada badai malam yang kecewa
sambil mendekap erat isak tangismu
dalam tanya-tanya yang tak pernah kujawab

ah biarkan api itu jadi padam ...

kita terlalu belia untuk mengukur hidup
dalam pigura berkaca keemasan
walau pun atas nama cinta

: cuma cinta ... dan bagiku itu bukan apa-apa

25 September 2008

new spirit in your birthday ... tommorow will be better !

Saya teringat kalimat singkat yang selalu saya tulis pada setiap akhir buku catatan pelajaran saya ketika sekolah menengah : Tommorow Will Be Better !. Kalimat sederhana itu dahulu selalu saya tulis dengan harapan akan menjadi pemicu semangat bagi saya untuk mengerjakan sesuatu dengan lebih baik esok harinya.

Sampai saat ini saya tidak pernah tahu, apakah kalimat singkat itu yang benar-benar memacu diri saya untuk lebih baik atau tidak. Tapi saya percaya bahwa akan selalu muncul sugestion dan dorongan dalam pikiran kita setiap kita mendengar atau menulis sesuatu.

Kalimat itu terasa sangat relevan saya ungkapkan pada saat ini, ketika seorang teman yang tengah berulang tahun datang kepada saya beberapa hari lalu dengan sebuah pertanyaan. Dalam kegembiraan pesta dan ucapan selamat dari sahabat dan handai taulan, ia selalu memiliki pertanyaan singkat yang selalu muncul setiap merayakan hari ulang tahun. Apakah tahun ini lebih baik dari tahun lalu, ataukah sama saja ?

Pada kesempatan ini, saya juga merasa perlu mengingatkan kembali kalimat itu. Sebuah kalimat yang bagi saya patut diucapkan pada semua yang tengah berulang tahun, pada diri kita sendiri yang tengah menambah hitungan usia, pada organisasi yang bertambah umur atau pada perusahaan yang tengah berulang tahun.

Hari ulang tahun adalah moment yang paling tepat bagi kita untuk merenungkan langkah yang telah kita lewati selama setahun ini, dan merencanakan apa yang akan kita raih esok hari. Hari ulang tahun adalah waktu yang tepat untuk menumbuhkan semangat baru, waktu yang tepat melahirkan sebuah new spirit dalam kehidupan kita selanjutnya ... dan dari sana kita yakin bahwa hari esok pasti akan lebih baik.

Jadi bagi siapapun yang yang tengah berulang tahun, tidak perlu ada kebimbangan dalam hati tentang kesuksesan apa yang telah kita raih tahun ini, tapi teruslah selalu menumbuhkan semangat baru. Yakinlah, jika kita rencanakan dengan baik maka tahun depan pasti kita akan mendapatkan yang lebih baik lagi.

cogratulations ... tommorow will be better !

25 August 2008

Ramadhan Sale !

Ramadhan Sale ! ini kalimat yang dengan megah terpasang mencolok pada sebuah mall besar di Jakarta hari ini. Kalimat ini menjadi fokus pikiran saya, karena cuma di negeri inilah kalimat seperti ini muncul. Dan saya tahu, kalimat seperti itu banyak bermunculan di seantero kota di negeri ini.

Anda tentu saja tidak akan menemukan kata-kata seperti ini belahan dunia lain, bahkan di negara muslim pun. Ramadhan sale seperti sudah menjadi trademark dalam bisnis retail kita, terutama pada barang fashion dan barang kebutuhan sehari-hari. Pada bulan ini pusat-pusat pertokoan seolah saling berlomba menarik masyarakat untuk datang melalui program yang bertema religius.

Memanfaatkan peluang hampir sempurna telah dilakukan oleh para pengelola pusat perbelanjaan, karena pada bulan ini masyarakat akan terasa larut dalam suasana-suasana religius, walau dalam pemaknaan yang mungkin berbeda satu sama lain. Tapi bisa kah kita mengelak dari arus modernisasi, yang meng-global yang ditandai dengan tingkat konsumerisme masyarat yang tinggi ? Bukankah perekonomian memang harus terus bergerak, konsumen adalah urat nadinya.

Memaknai bulan suci agama kini tidak lagi bisa terelak dari nilai-nilai yang bersifat duniawi. Ramadhan Sale, mungkin hanya salah satu diantaranya. Bukankah sederetan event dengan tajuk religius muncul di hadapan kita melalui siaran-siaran televisi setiap harinya ? Dan intinya selalu bermuara pada nilai yang sama : trend dan keuntungan pasar. Itulah kenyataan.

Tapi mampukah kita mengimbangi makna itu dengan nilai yang lebih religius dan kembali pada nilai pertama kali ketika ramadhan diturunkan ? Yaitu menumbuhkan rasa solidaritas kepada kaum tidak berpunya serta memberi empati kepada saudara kita yang lemah.

Semuanya kembali pada kita. Selamat Berpuasa.

When Heaven Came Down : Memberi Makna Bulan Suci

September 2008....

Bulan ini memiliki nuansa yang teramat berbeda dengan bulan-bulan lain atau bulan sebelumnya. Pada bulan ini, terlihat berbagai stasiun televisi di negeri ini seolah-olah saling berlomba menggelar program-program bertema religius, ditambah dengan deretan artis ternama sebagai pengisi acara, bahkan hampir sepanjang hari !

Sementara di luar sana, deretan pertokoan dan mall-mall terang-terangan bersaing dengan menggelar berbagai event-even khusus ... great sale !, ramadhan sale ! dan berbagai nama event, yang bernuansa sama.

Yup, bulan suci Ramadhan telah tiba. Bulan yang penuh keistimewaan bagi umat Islam, sebuah bulan yang kehadirannya selalu di nantikan. Bulan dimana umat Islam diwajibkan untuk menunaikan ibadah puasa dan dipercaya dipenuhi berkah di setiap hari-harinya.

Bagi para pengelola pertokoan dan mall, inilah saatnya meraih keuntungan yang melimpah. Pertokoan dan mall-mall seantero kota biasanya akan menggelar berbagai acara untuk menambah omzet mereka pada bulan ini, karena pada bulan inilah perdagangan demikian mengairahkan.

Pengelola stasiun-stasiun televisi akan berlomba-lomba merangkai berbagai acara bertema religius, untuk menaikkan rating mereka. Mereka menggelar berbagai acara keagamaan hampir sepanjang hari. Tentu saja dengan mengharap omzet iklan yang melimpah pada bulan ini.

Semua itu sah-sah saja dalam era konsumerisme seperti sekarang ini. Menikmati kegemerlapan bulan ramadhan, menyaksikan kemeriahan bulan spesial, adalah keniscayaan dalam gaya kehidupan modern kita. Akan tetapi yang lebih penting dari hingar bingar semua itu adalah bagaimana kita mampu memaknai bulan suci ini dengan hal-hal yang positive.

Bulan ini adalah saat-saat yang tepat bagi kita untuk mengembangkan rasa empaty kita, menumbuhkan rasa solidaritas kita terhadap kaum yang kebetulan tak seberuntung kita dari segi materi. Itulah makna ramadhan itu sendiri. Dan yang terpenting lagi dari semua itu adalah, bulan ini adalah saat terbaik bagi kita men-charge kadar religius kita, mengisi kembali dasar-dasar keimanan kita, yang mungkin selama setahun ini terbenam dalam urusan duniawi, atau mungkin sedikit terabaikan karena urusan bisnis kita. Inilah saat yang tepat untuk kita melakukannya.

Tidak berlebihan seorang bijak berkata, bahwa pada bulan suci ini adalah : When Heaven Came Down ... saatnya surga turun ke bumi.

Bagi yang menjalankannya, selamat berpuasa.

26 July 2008

Kebahagiaan Kecil

Hambatan terbesar untuk meraih kebahagiaan adalah menginginkan kebahagiaan yang terlalu besar.

Kata-kata seperti itu saya dapat dari seorang teman, seorang tokoh pergerakan di negara ini beberapa tahun lalu.

Entah darimana ia dapat kata-kata itu, dari hati yang pesimistis dan rendah diri atau dari lingkar kebimbangan semata ? tapi saya tidak pernah menolak kebenaran, jika kebenaran itu datang di hadapan kita. Mungkin ia dapat dari pemikiran dalam, setelah bergulat bertahun-tahun dalam harapan dan realita kehidupan yang positif.

Terkadang, kita memang menginginkan suatu kebahagiaan terlampau besar, melebihi kemampuan jari-jari tangan kita menggenggam kebahagiaan itu. Memupuk mimpi-mimpi besar dan membingkainya menjadi khayalan semata. Padahal setiap manusia memiliki batas-batas tertentu di mana kita bisa melangkah dan meraih sesuatu.

Saya percaya bahwa kebahagiaan, akan lebih mudah kita raih jika kita tidak terlalu mengharap kebahagiaan yang terlalu besar. Mulailah bersyukur dengan kebahagiaan-kebahagiaan kecil, mulailah dengan memimpikan kebahagiaan-kebahagian yang sederhana saja. Karena sesungguhnya hati kita akan merangkai sendiri kebahagiaan-kebahagian kecil yang kita miliki menjadi sebuah kebahagiaan besar.

Percayalah, kebahagiaan itu akan selalu mencari jalannya.

21 July 2008

Say With Music...!

Penggalan kata, 'say with music' ini saya adopsi mentah-mentah dari pepatah lama eropa, 'say with flowers' yang sudah menjadi pepatah universal untuk menyatakan perasaan hati seseorang kepada orang lain. Pepatah ini seolah sudah menjadi ikon wajib, dalam kehidupan komunikasi manusia di dunia.

Akan tetapi, tahukah kita bahwa selain bunga, ada bahasa universal lain untuk menyatakan perasaan kita ? yup ... kita sependapat, jawabannya adalah musik. Ia selalu lahir dan hadir di semua bangsa pada setiap keadaan. Hampir seluruh bangsa di dunia telah melahirkan musik dengan jenis yang berbeda-beda, ia hadir untuk melambangkan kata-kata hati, lahir dan hidup menjelma dalam kebudayaan seluruh manusia.

Perbedaan kebudayaan juga menimbulkan tatanan musik yang berbeda satu sama lain, jenis soul dan jazz bisa lahir dari daratan afrika, gamelan diatonik yang lahir dari budaya jawa, rock and roll dari eropa ... atau bagaimana musik berbasic tetabuhan dan rebab lahir dari daerah padang pasir. Semua berbeda dan khas, tetapi ia tetap adalah musik, suatu alunan nada dan bunyi penuh makna. Alunan musik adalah bahasa universal bagi seluruh umat manusia.

Musik akan senantiasa hadir di mana kehidupan itu muncul. Ia selalu hadir dari dalam hati manusia. Alunan musik adalah sound of heart, sesuatu yang lahir dari dalam hati kita. Ketika hati kita penuh kegembiraan, musik bisa mewakili tawa kita. Saat kita bersedih, musik bisa menjelma dari tangis kita.

Jika kita percaya bahwa musik adalah bahasa universal, mengapa kita tidak mulai saling berbicara dalam bahasa yang sama, yaitu bahasa musik ?

Coba kita mulai berkata pada sahabat kita, say with music...!

21 May 2008

Panggil aku hujan...

"Panggil saja aku hujan", katamu manja setengah berbisik. Ketika kutanya namamu malam-malam itu. Sembari bergerak gemulai dalam desah dan gerak perlahan ke dalam pembaringan. "Apa cuma itu ?", tanyaku heran. Nama yang tak lazim di dengar dan tidak cukup enak untuk diucapkan. Entah itu nama asli atau cuma sekedar gurau belaka. Kamu tetap diam seribu kata, gelegak hasratmu lebih menggelora. Ah, peduli apa soal nama bukan ?

"Tak ada yang perlu kau tahu tentang masa laluku ", katamu singkat, sambil tetap mengulum senyum dan sesekali mengelap peluh yang masih bersemayam dalam lekuk-lekuk belahan dadamu. "Ah, rasanya cukup layak aku membayarmu puluhan kali lipat", aku mengguman dalam hati melihat gerakan tanganmu, yang membuatku darahku mengalir deras. Akupun merasa tak peduli lagi, dari mana asalmu.

Ini malam ketiga aku menemuimu. Sebuah kamar sempit dalam lorong kecil penuh aroma dusta cinta. Selalu sama, datang padamu tak pernah ada rasa bosan dalam hatiku untuk terus datang padamu, sekedar melepas hasrat atau bersenang-senang belaka. Tak ada cinta atau apa pun namanya buat kita, aku cukup memberimu sejumlah uang dan kamu memberi hangat tubuhmu sepenuh hati.

Ini hari keempat aku datang padamu, dengan hasrat yang mulai menggelegak dalam dada. Ehm, betapa indahnya membayangkan sekejap saja, merengkuh halus bahumu dan berlabuh dalam aroma badanmu yang menggeliat. Tapi, aku tak lagi menemukanmu malam ini.

Cuma secarik surat dengan warna merah menyala yang kamu titipkan melalui penjual rokok di depan kamarmu.


sungguh aku harus pergi

aku bukan siapa-siapa
aku cuma seorang perempuan penjaja cinta
yang mendapat murka dari sang pencipta
bertahun sudah aku mengidap aids ini
tak bisa terobati, tak bisa tersembuhkan
dan terabaikan dari taubat yang tak pernah sampai

aku cuma hujan, ... dan kamu mungkin adalah awan
tapi, bukankan hujan selalu menjadikan awan tiada ?



Seketika pandanganku terasa mulai gelap dan keringat dingin mengalir deras di sekujur tubuhku. Dunia seakan runtuh malam ini.

***********

Didedikasikan sepenuh hati untuk semua pria yang percaya akan adanya cinta

14 May 2008

Menambah Nilai Jual ! (bukan sekedar kamuflase)

Persoalan pelik terus berulang dihadapi ayah mertua saya. Singkong (umbi kayu) yang ditanamnya di belakang rumah sudah mengeras seperti kayu karena terlalu lama tidak dipanen. Beliau agaknya segan untuk memanennya, padahal sudah lelah menanamnya. Alasannya agak mengharukan, " untuk apa dipanen, toh harganya juga terlalu murah". Singkong atau biasa disebut ubi kayu memang tidak cukup berharga di kalangan petani di Lampung, 1 kilogramnya mungkin cuma berharga 300 rupiah saja. Jadi jika anda memikul satu karung singkong seberat 50 kg sampai lelah ke pasar, anda cuma akan mendapat uang 15 ribu rupiah. Hanya cukup untuk jajan 2 mangkok bakso, plus 2 gelas air mineral di pasar, dan pulang ke rumah dengan tangan hampa.

Akan tetapi, kemarin saya menelusuri sepanjang jalan Kebayoran Lama, satu dua saya menemukan gerai makanan dengan nama 'singkong keju'. Dengan rasa penasaran saya coba membeli dan memakannya, rasanya gurih dan renyah. Harganya sepotong kecil adalah seribu rupiah. Artinya jika satu kilogram singkong dapat dijadikan sekitar 20 potong saja singkong keju, itu akan bernilai 20 ribu rupiah. Dengan asumsi modal 10 ribu, nilai singkong yang cuma seharga 300 rupiah perkilogram di lampung sana, akan menjadi seharga 10 rb rupiah. Hebat !

Menambah nilai lebih pada suatu barang adalah satu cara kreatif yang paling mudah untuk memberikan nilai jual terhadap barang, sehingga barang tersebut memiliki nilai 'kemampuan' untuk segera laku terjual dan tentu saja berharga lebih tinggi.

Pada pokoknya, adalah bagaimana agar suatu barang yang akan kita jual dapat lebih menarik minat konsumen. Pada beberapa produk dilakukan penambahan nilai jual melalui variasi fungsi, misalnya pada makanan dan minuman. Masih ingat pada 'teh rasa melati' yang sempat mendongkrak penjualan teh cap botol beberapa tahun lalu ?

Pada berapa produk yang statis atau tidak bergerak, penambahan nilai jual dapat dilakukan melalui pewarnaan (pengecatan) atau perapihan, misalnya produk rumah tinggal atau kendaraan. Menjual rumah dengan terlebih dahulu dirapikan rumput-rumputnya serta pengecatan ulang akan lebih cepat laku dibanding yang menjual seadanya. Begitu juga dengan kendaraan, biasanya yang terlihat rapi dan mengkilat akan lebih cepat laku.

Malah terkadang ada pula penjual nakal yang seolah memberi nilai lebih pada produknya padahal justru malah menimbulkan kerugian pada konsumen, dan pada gilirannya merugikan penjual sendiri karena akan menurunnya tingkat kepercayaan konsumen terhadap penjual. Salah satu contoh, misalnya proses penggelondongan (pemberian air) pada hewan ternak yang akan dijual agar terlihat gemuk. Inilah yang disebut sebagai kamuflase dalam marketing. Suatu proses seolah-olah memberi nilai lebih pada produk, padahal pada dasarnya tidak memberikan nilai lebih. Melainkan hanya upaya pengelabuan.

Penambahan nilai jual melalui sentuhan pada produk, niscaya akan membuat produk yang kita jual akan lebih berharga tinggi. Jadi mulailah kita menjual barang dengan terlebih dahulu memberi nilai lebih tersebut. Tapi, sekali lagi, hindari kamuflase dalam marketing.

Keberhasilan Besar (dapat) Berasal Dari Kesempatan Kecil

Hampir setiap pagi antara jam 6.00 sampai jam 7.00 saya selalu mendengarkan siaran radio, nama stasiunnya hard rock fm. Siaran ini saya dengar selama perjalanan dari rumah di kawasan Pondok Pinang ke kantor saya di Kebon Jeruk. Acaranya selalu sama, karena saya selalu berangkat pada jam yang sama setiap harinya. Acara itu biasanya dipandu oleh penyiar Stenny Agustav dan Panji Pragiwaksono (sorry kalo namanya salah tulis). Isinya selalu sama, lagu, kuis dan celotehan ringan untuk membangunkan kita dari kantuk yang masih terasa.

Yang istimewa setelah kesekian kalinya saya mendengar acara ini, pagi ini saya mendapat clue menarik dari mereka : Keberhasilan besar didapat dari kesempatan-kesempatan kecil. Ini kisah hidup si penyiar Panji yang secara tidak sengaja melihat iklan lowongan kerja di sebuah koran bekas yang sudah koyak dan terlipat, ketika ia tidak sengaja datang ke kantin kampusnya semasa kuliah dulu. Sebuah kebetulan kecil, ketika ada sekotak iklan kecil yang tak sengaja terbaca tentang lowongan di stasiun radio (tempat ia bernaung sekarang)

Hari ini ia berpikir betapa kesempatan itu sangat kecil, cuma secarik koran bekas yang tidak sengaja terbaca, tapi begitu berarti. Andaikan koran bekas itu dibuang oleh orang lain, atau ia tak datang ke kantin hari itu, atau.... ada banyak kemungkinan lain. Mungkin ia tidak pernah menjadi seorang penyiar di hard rock fm, seperti sekarang ini.

Yup, banyak sekali kesempatan di dalam hidup kita, dari hal-hal kecil yang bahkan tidak kita perkirakan sama sekali sampai hal-hal besar. Banyak kesempatan kecil yang kita abaikan, karena kita anggap terlampau kecil. Ini tentang kisah seorang yang meraih kesuksesan besar dari kesempatan kecil (maaf namanya saya samarkan, untuk kepentingan pribadi).

Kisah ini terjadi sekitar tahun 80-an, seorang pedagang kacang goreng bawang mendapat order membuat sedikit kacang goreng, yang dibungkus dalam plastik kecil-kecil dari seorang pria ... biasa saja bukan, dimana kesempatannya ? ia ragu, bukankah dengan modal yang seadanya ia lebih baik membuat kacang goreng dan menitipkannya di warung-warung seperti biasanya, begitu pikirnya. Walau tidak yakin, ia mencoba menangkap peluang itu dengan baik. Ia membuat pesanan pria itu dengan sebaik-baiknya.

Selanjutnya pesanan pertama pria itu sukses dibuat dan pemesannya puas. Ternyata pria yang memesan kacang goreng itu adalah seorang staff logistik di sebuah maskapai penerbangan, yang sedang mencari suplier kacang goreng bawang untuk snack para penumpang. Alhasil, pedagang kacang goreng warungan itu sekarang menjadi pengusaha sukses yang memasok kacang goreng bawang pada maskapai penerbangan tersebut, tentu saja nilai omzet beratus kali lipat dari sekedar menitip di warung-warung.

Kadang banyak kesempatan yang kita anggap remeh, sehingga kesempatan itu diambil orang lain. Kemudian pada akhirnya kita menyesalinya karena telah meremehkan peluang atau bahkan kadang menjadi iri hati kepada yang mengambil kesempatan itu.

Saya percaya dari sebuah peluang kecil, jika dijalani dengan sepenuh hati ia akan menjadi sebuah keberhasilan besar. Toh, tidak ada yang tahu masa depan kita, bukan ?

05 May 2008

Pasar Yang Bergerak ...

Konsep pasar yang bergerak saya dengar pertama kali dalam ruang kuliah marketing program master di universitas. Sebenarnya teori konsep ini sederhana saja, hanya berkutat tentang perubahan keinginan (kebutuhan) konsumen yang tidak flexible alias tidak konstan alias bergerak. Saya menghindari kata berubah, karena kata berubah cenderung tidak menginspirasi kemajuan. Simple, akan tetapi konsep seperti ini yang sering dilupakan oleh (terutama) para pebisnis pemula, sehingga mereka kerap jatuh dan kembali memulai bisnis pada bidang yang berbeda. Untuk perusahaan mapan, biasanya mereka tidak lupa, tetapi gagal mengidentifikasi keinginan pasar.

Konsep pasar yang bergerak, adalah sebuah konsep pemahaman terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap suatu produk yang tidak sama dari waktu ke waktu. Konsumen adalah sebuah lembaga unik, yang kadang teramat sulit untuk dideteksi keinginannya. Sehingga terkadang pada perusahaan-perusahaan mapan merasa perlu membangun divisi tersendiri untuk mengantisipasi keinginan konsumen ini. Bahkan beberapa perusahaan memakai jasa konsultan loyalty konsumen.

Pasar yang bergerak, adalah rangkaian perubahan-perubahan keinginan konsumen terhadap suatu produk yang sama. Sehingga produk tersebut dipaksa memiliki berbagai varian atau plus produk dari fungsi awal. Sebagai contoh paling nyata adalah konsumen alat elektronik handphone misalnya, konsumen selalu menginginkan hal yang lebih dari sekedar handphone, mereka ingin berkamera, mereka ingin radio, dan seterusnya dan seterusnya.

Demikian pula dengan produk jasa, konsumen selalu ingin berubah. Seorang anak di harapkan pintar matematika, tapi esok hari juga diharapkan pintar bahas asing, kemudian diharapkan pintar bernegosiasi, kemudian pintar, berdiplomasi, dan seterusnya.

Mengabaikan perubahan pasar akan berakibat fatal. Ada beberapa perusahaan yang mesti kehilangan banyak pasar karena gagal mengantisipasi perubahan tersebut Tentu kita masih ingat produk penyentara (pager) yang hilang dari pasar dalam usia 3 tahun. Perusahaan ini tidak mampu mengantisipasi perubahan pasar yang bergerak, dalam arti mereka tidak memiliki cukup ruang untuk memenuhi pergerakan pasar. Mereka gagal memenuhi kebutuhan konsumen yang terus bergerak.

Untuk semua bidang bisnis, tanpa terkecuali, mengantisipasi pasar yang bergerak adalah suatu keharusan. Karena pada dasarnya keinginan konsumen adalah tidak pernah statis, mereka selalu terkooptasi dengan perubahan zaman. Pasar selalu akan bergerak, berubah, walaupun tentu dalam kecepatan yang berbeda satu sama lain.

Jadi untuk pemula, bergeraklah lebih cepat, karena pasar anda juga terus bergerak.

29 April 2008

hari ini matahari pergi

hari ini matahari pergi
sambil meninggalkan sedikit cahayanya


setitik cahaya ia titipkan pada embun
yang membuatnya berkelip di sela dedaunan

setitik cahaya ia titipkan pada batu pualam
yang membuatnya berkilau dalam merah

setitik cahaya ia titipkan pada pantul air danau
yang membuatnya merona kala senja tiba


setitik cahaya lagi, mungkin ia titipkan dalam binar matamu

28 April 2008

Peranilah Dirimu Dengan Baik !

Dunia drama atau yang selalu kita sebut dengan dunia teater, mulai saya kenal ketika saya kelas 5 sekolah dasar. Pertemuan antara saya dengan dunia yang begitu membentuk karakter kehidupan saya ini tidak sengaja terjadi. Kisah ini bermula dari seorang sutradara muda idealis yang begitu saja muncul di lingkungan perumahan seorang teman sekolah saya. Saat itu ia tengah mempersiapkan sebuah pementasan drama anak-anak untuk sebuah perhelatan pameran buku internasional di balai sidang senayan, Jakarta. Kejadian ini pada pertengahan tahun 1985. Atas ajakan teman saya itu, bergabunglah saya dalam kelompok drama untuk pertama kali, sekaligus pementasan drama pertama kali dalam hidup saya.

Setelah itu, hari demi hari saya lalui bersama dengan group teater. Berlatih vocal, latihan alam, reading, blocking, stage, pentas adalah kata-kata yang sangat familiar dalam masa kanak-kanak saya. Dan saya berbaur dalam gerak pikir seorang dewasa yang kadang terlampua idealis. Sebagian anggota dari group teater kami pada masa itu adalah para mahasiswa yang pada saat itu penuh dengan rasa idealis.

Dunia teater adalah sebuah pengalaman hidup yang rekat terpatri teramat dalam diri saya, berbekas dalam setiap kehidupan diri saya. Sebuah pembentukan karakter yang tumbuh dalam pergaulan keseharian saya selanjutnya. Dunia teater memberi saya bukan sekedar sentuhan seni peran dalam perjalanan hidup saya, melainkan memolesnya dengan sebentuk kejujuran dan menghiasnya dengan sifat kekeluargaan yang teramat sangat. Memberi sesuatu sekaligus menerima, berbagi seperti saudara.

Tapi yang terpenting dari semua itu adalah suatu pelajaran hidup, bagaimana saya memerani berbagai peran kehidupan. Pernahkah anda tersenyum dalam kesedihan ? pernahkan anda memerankan orang lain dalam kehidupan anda ? atau pernahkan anda harus sedih dalam kesenangan ?

Semua peran dalam hidup toh akhirnya memang harus kita jalani, kita bisa berkhayal dalam imaginasi menjadi siapapun, tapi belum tentu dapat kita meraihnya. Jadi seyogyanya, peranilah kenyataan diri kita saat ini dengan baik. Jika kemudian peran itu beralih, maka jalani peran kita kemudian dengan baik juga. Begitu seterusnya.

Sekarang pimpinan group teater saya itu telah berpulang ke pencipta-Nya. Tetapi sesuatu yang tetap tidak saya mengerti dalam hidupnya yang toleran dan sikap kekeluargaan yang ia miliki. Ia berpulang tetap dalam sepi, tanpa pendamping, tanpa sanak keluarga.

Cuma falsafah kehidupannya yang saya raih : peranilah dirimu dengan baik, apapun pilihanmu.


Di Mana Batas Kemampuan Anda ?

Saya akan selalu ingat pesan bijak seorang guru agama ketika saya masih kecil, ketika itu usia saya mungkin sekitar 10 tahun. " Sadarilah bahwa semua sesuatu memiliki batas", itu kalimat yang saya terima kala sore selepas shalat azhar berjamaah di mesjid besar, tempat saya menimba ilmu agama. Selepas 25 tahun kemudian, tak sengaja kalimat sejenis itu saya kembali dengar dari seorang motivator Mario Teguh pada stasiun televisi 'O channel', sebuah stasiun tv lokal di Jakarta. Walaupun dalam konteks yang sedikit berbeda, konteks pertama dalam sebuah pesan religius dan konteks kedua dalam pesan motivatorial.

Membatasi diri, buat saya adalah suatu cara menahan setiap kemauan yang berlebihan. Sebuah self control terhadap semua keinginan, sebuah border message terhadap sikap ego non logical yang terkadang jauh melampaui batas kemampuan kita. Tanpa membatasi diri, kita seolah membuat sebuah ruang besar tanpa kita mampu menentukan luasnya. Seperti kita berusaha menarik sebuah garis panjang tanpa tahu seberapa panjangnya.

Seorang niscaya memiliki keinginan untuk memiliki sesuatu, its naturally. Akan tetapi dimana batas itu, adalah hal lain lagi. Mungkin kita ingin dan senang berbelanja gila-gilaan, tapi sadarkah kita batas budget kita ? Kita mungkin memiliki keinginan untuk berjalan-jalan, berwisata ke luar negeri misalnya, tapi ada juga batas biaya yang harus dikeluarkan untuk itu. Kita ingin meraih impian, tapi apakah kita sudah menetapkan impian sebesar apa yang ingin kita raih ?

Membatasi sesuatu terkadang bertentangan dengan ide-ide konvensional, tentu kita ingat tentang kisah si penemu thomas alfa yang memiliki mimpi yang hampir tak terbatas...opss..hampir tak terbatas ! tetapi toh tetap memiliki batas.

Membuat batas dari setiap keinginan kita adalah memasang pagar dari semua mimpi-mimpi kita akan menjadi obat penenang untuk menjaga diri kita dari sifat over control (berlebihan) dalam setiap kehidupan. Kita akan mampu memahami setiap kekurangan kita secara pribadi dan bisa mengetahui sejauh mana kita dapat bergerak serta terlepas dari sifat over confident. Dan yang terpenting lagi, kita dapat meredam rasa kecewa yang berlebihan bila kita gagal meraih impian.

Mungkin hari ini kita memiliki batas tertentu yang kecil dan terbatas saja, tapi lain kali seiring berkembangnya kualitas kehidupan kita, maka batas itu dapat kita perlebar dan dapat kita perluas. Batasan hidup tidak perlu memiliki sifat permanen, parameternya selalu begerak dan terus bergerak setiap saat. Memahami batas diri kita, adalah sebuah kebijaksanaan manusiawi yang akan membuat kita dapat menjalani setiap bagian kehidupan dengan penuh kebahagiaan.

Proficiat to mr mario teguh ! saya setuju pendapat anda, bahwa seorang dalam hidupnya dibatasi oleh batasan-batasan.

14 April 2008

Mind Your Body !

Mind Your Body, adalah nama judul suplemen dari The Strait Times, surat kabar terbesar terbitan Singapore yang selalu saya baca setiap hari. Yup, setiap hari walaupun kenyataannya selalu saja datang terlambat. Surat kabar ini terbit pagi, toh baru sampai di meja saya pukul 2.30 sore. Atau malah terkadang sampai esok paginya.

Sisipan yang berisi artikel-artikel seputar kesehatan ini biasa terlampir pada hari Rabu setiap minggunya. Berisi berbagai hal seputar kesehatan dan bebagai tips untuk menjaga kesehatan tubuh kita dan beberapa alternatif pengobatan jika kita sakit.

Sisipan ini bagi saya sangat menarik, dan selalu saja menarik perhatian saya setiap terbit, karena seolah-olah berisi pandangan bahwa tubuh kita memerlukan perlakuan yang pantas dari kita. Tabloid ini seakan memberikan saya gambaran, bahwa tubuh kita juga memiliki keinginan-keinginan berupa mind (pikiran). Tentu bukan tanpa alasan bukan tanpa alasan sisipan itu oleh penerbitnya diberi nama mind your body.

Pada dasarnya, kita memang harus berpikiran bahwa seluruh bagian dan organ tubuh kita memiliki hak untuk memperoleh perlakuan yang layak dari kita sendiri. Setiap bagian tubuh kita tentu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang berbeda satu dengan lainnya. Mereka menuntut perhatian kita secara khusus dan itu sangat wajar.

Misalnya, ketika mata kita terasa lelah dan mulai berair, setelah sekian jam beraktifitas di depan komputer, dalam membantu tugas kita bekerja, berilah ia istirahat yang cukup. Berilah pada mata kita itu kebutuhan vitamin-vitamin yang cukup, karena mata kita memerlukan semua itu. Berilah ia kenyamanan kembali untuk dapat beraktifitas selanjutnya.

Pernahkah tulang kita terasa kaku, dan otot kita terasa menegang setelah kita bekerja terlalu keras atau ketika mengangkat beban berat ? Itu berarti tulang kita memberi pesan pada kita, bahwa mereka cukup lelah! Maka segera beri tulang kita cukup istirahat dengan sejenak mengendurkan diri, megangkan badan dan melepaskan sedikit ketegangan. Lalu, minumlah Kalsium secukupnya, agar tulang kita tidak menjadi rapuh dan mudah patah.

Tubuh kita pada dasarnya akan selalu memberi pesan jika mereka lelah atau sakit. Dan percayalah, bahwa setiap bagian tubuh kita juga memiliki hak untuk istirahat yang cukup, berhak atas asupan vitamin-vitamin dan berbagai mineral yang layak. Tidak berlebihan bila kita memperlakukan setiap bagian tubuh kita, seolah-olah, ia mahluk tersendiri yang memiliki pikiran dan kebutuhan.

Sungguh saya terinspirasi oleh mind your body ini.

Bike to Work...It's Green Living !

Dalam beberapa hari ini saya selalu teringat seorang teman pria semasa kuliah. Orangnya boleh dikatakan teramat sangat sederhana, kalau tidak berlebihan untuk dikatakan ia selalu ketinggalan zaman. Banyak kesehariannya yang kala itu tidak sesuai gaya kami ketika masih kuliah.

Bayangkan saja, pada masa kuliah ia kerap memakai sepeda untuk berangkat dari rumahnya ke kampus sejauh puluhan kilometer, merayap di antara mobil dan biskota, ia selalu tahan berpanas-panas ria di belantara Jakarta dengan sepedanya. Sementara mahasiswa lain memilih bermobil ria, bersepeda motor dengan gaya, atau bagi yang tidak cukup mampu, ikut bergabung naik bis kota. Ia selalu saja bersepeda, jika ditanya alasannya sederhana saja, agar badan tetap sehat.

Saya tidak tahu lagi di mana kawan saya itu sekarang, apakah ia masih tetap bersepeda atau tidak lagi. Tetapi sungguh, banyaknya para karyawan perkantoran yang menganut ide 'bike to work' di Jakarta sekarang ini, kembali mengingatkan saya pada ide-idenya tentang hidup sehat dengan bersepeda. Atau mungkin teman saya itu yang menjadi pelopor gaya hidup bersepeda ke kantor ?

Idenya bersepeda ke kampus, mungkin memang tidak sehebat 'green living campaign' yang sekarang marak diserukan berbagai kalangan sebagai salah satu bagian dari kampanye anti global warming. Idenya bersepeda ke kampus pada saat itu merupakan pemikiran sederhana yang menurut saya brilian, walaupun dahulu kami selalu mencibirnya dan menganggapnya manusia aneh yang ketinggalan zaman. Tentu saja, karena kebiasaan bersepeda ke kampus itu terjadi lebih sepuluh tahun lalu, sebelum munculnya komunitas para biker di perkantoran Jakarta. Padahal gaya hidup bersepeda rianya bisa jadi bagian dari gaya hidup green living yang kita kenal sekarang.

Green living ini merupakan sebuah gaya hidup yang sekarang mulai dianut oleh masyarakat perkotaan, seiring mewabahnya kampanye anti global warming di dunia. Hiduplah dengan cara-cara yang sehat ! mungkin itu yang pantas diartikan sebagai green living ini. Sebuah gaya hidup sehat, dan lebih sehat lagi, yang dapat diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari secara praktis, seperti penggunaan bahan daur ulang pada kantong belanja, bike to work, pemilahan sampah organik dan non organik agar mudah di daur ulang, selalu mengkonsumsi makanan sehat dan sebagainya. Semakin cepat kita kembali kepada green living, tentu saja semakin cepat hidup kita lebih sehat.

Sekarang saya percaya pada teman saya itu, bersepeda akan membuat badan sehat. Sama seperti saya juga percaya bahwa green living akan membuat hidup kita lebih baik.

Lantas bagaimana dengan anda ?

10 April 2008

How Beautiful Are You ?

Annisa, 30 tahun, seorang secretary director percaya bahwa kecantikan adalah modal utama dalam hidupnya. Dalam berbagai kesempatan meeting dengan klien, ia selalu berusaha tampil sesempurna mungkin. Mulai dari cara berjalan, bagaimana menata potongan rambut, bahkan warna cat kuku apa yang pantas ia pakai, semuanya dengan seksama dia perhatikan.

Ia bahkan pernah rela tidak masuk kerja karena jerawat yang tumbuh secara tidak terduga di wajahnya yang halus.

Lain lagi dengan Adinda, 28 tahun, seorang web programmer. Ia merasa telah cukup datang ke kantor dengan kemeja dan celana jeans. Ia tidak peduli dengan rambutnya yang mulai tidak tertata rapi, dan malah terkadang sebagian menutupi kaca matanya yang minus. Baginya kecerdasan lebih utama dibanding kecantikan dan segala assesories wanita.

Yup, setiap wanita memang memiliki pandangan berbeda tentang kecantikan. Ada wanita yang menganggap kecantikan adalah modal utama dalam kehidupan dan karier, tapi sebagian wanita lain hanya menganggap kecerdasanlah modal utama dalam meniti karier.

Yang percaya bahwa kecantikan adalah modal utama, beranggapan bahwa kecantikan akan menumbuhkan rasa percaya diri, sehingga ia akan memperoleh banyak kesempatan. Sementara yang yakin cuma kecerdasan sebagai modal utama, percaya bahwa kecerdasan toh nanti akan memunculkan kecantikan dengan sendirinya.

Nah, sekarang di mana keyakinan anda ?

Semuanya terserah anda masing-masing ... tapi cobalah mulai bercermin dan bertanya, seberapa cantik anda sekarang ?

22 February 2008

Short Message Service Culture ?

Berapa banyak dari kita yang masih menulis surat memakai kertas dan membubuhinya dengan perangko pada sudut amplop ? coba kita hitung teman-teman di sekitar kita, siapa dari mereka yang masih melakukannya ? hmmm ... ada satu orang, dua orang, tiga orang ... sudah ? wah, sebagian besar kita ternyata sudah tidak familiar lagi dengan kegiatan ini. Bahkan di antara kita mungkin sudah tidak ingat lagi gambar dan nilai yang tertera di dalam secarik perangko. Menulis surat seperti kembali ke zaman batu ... membeli perangko seolah-olah kita memasuki dunia primitif .

Kecuali dalam urusan dinas, kita memang seakan telah membuang kertas surat ke tempat sampah. Dalam pikiran kita pasti terlintas pendapat, "bukankah lebih mudah mengirim sort message service (sms), ketimbang bersusah payah menulis surat dan mengirimkannya melalui kantor pos". Berkirim kabar kepada teman cukup dengan sedikit menekan huruf-huruf pada keypad handphone, lalu tekan send dan .... wuss ... dalam hitungan detik sms itu telah diterima.

Ini yang tengah terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, sebuah culture baru telah lahir, short message service culture. Yup, jika tidak terlalu berlebihan sms culture telah menjadi bagian kebudayaan kita, menggantikan sebagian budaya komunikasi lain yang telah usang. Budaya ini lahir seiring perkembangan teknologi komunikasi yang ditandai dengan munculnya alat komunikasi bernama handphone di tengah kita. Handphone ini datang ke Indonesia pada sekitar tahun 1990-an dan sekarang diperkirakan jumlah handphone di negeri ini telah mencapai sekitar 100 juta unit.

Tetapi dibalik maraknya teknologi komunikasi melalui handphone itu, sadar pulakah kita bahwa budaya sms ini telah mengurangi tutur kata yang sopan pada gaya komunikasi kita ? tahu jugakah kita, bahwa budaya sms ini telah menggerus sedikit-demi sedikit tata krama adat ketimuran kita ?. Pernahkah kita menulis kata "dengan hormat' pada sms yang kita kirim ? Sebagian besar dari kita biasanya cuma menulis kata 'hai' pada pembuka sms kita.

Pernahkah kita menulis kata 'salam hormat' pada penutup sms kita? tentu tidak, kita cuma mengetik kata 'thx', singkatan dari kata 'thank you' pada akhir sms kita. Sebuah tutur gaya komunikasi baru, yang lahir seiring bekembangnya teknologi komunikasi. Seiring terbatasnya layar handphone, maka makin terbatas pula kata-kata yang mampu kita tulis.

Jadi ? selamat datang budaya sms, selamat tinggal kertas surat beserta perangko dan selamat tinggal juga (mungkin) ... tutur kata yang sopan.


23 January 2008

Dari sudut mana kita memandang ?

Ada sebuah pertanyaan yang diberikan kepada 2 orang berbeda ras, yaitu seorang Eropa berkulit putih dan seorang Afrika berkulit hitam. Pertanyaannya sederhana, apa warna kuda zebra ?

Orang Eropa menjawab bahwa warna kuda zebra adalah kuda hitam dengan garis-garis putih, sementara orang Afrika menjawab warna kuda zebra adalah kuda putih dengan garis-garis hitam.

Mengapa perbedaan bisa terjadi, padahal mereka ditanya tentang hewan yang sama ? Inilah yang biasa kita sebut sebagai sudut pandang.

Sederhananya, sudut pandang adalah suatu cara bagaimana kita memandang sesuatu masalah dari sudut yang berbeda.

Sudut pandang inilah yang menjadikan seseorang berbeda sikap dalam menghadapi suatu masalah atau persoalan. Seorang dengan sudut pandang yang sempit akan memandang suatu persoalan dengan ruang yang sempit. Ketika kesulitan datang, kita cuma menganggap sebuah kesulitan telah tiba, ketika kekecewaan tiba kita cuma memandang bahwa kekecewaan telah datang. Atau ketika keberhasilan diraih, kita malah terus terbuai.

Dalam sudut pandang yang luas, kita akan mendapati kegagalan sebagai kegagalan, dan sekaligus sebagai sebuah keberhasilan yang tertunda. Akan memandang kekecewaan sebagai sebuah kekecewaan berikut hikmah kebahagiaan, dan akan mampu memandang kebahagiaan sebagai kebahagiaan sekaligus bersiap mengalami ketidakbahagiaan.

Maka jika kita mendapatkan sesuatu hal, pandanglah hal itu juga dari sudut pandang yang berbeda. Percaya dech, kita akan lebih bijaksana.

22 January 2008

Pelajaran dari jalan.....

Nama anak itu singkat saja, Bardi ..." cuma Bardi oom", itu jawaban yang selalu saya dengar ketika saya kerap bertanya tentang nama lengkapnya.

Bardi ini cuma seorang anak usia 9 tahun, yang bertahan hidup menggelandang di belantara kota Jakarta. Katanya ia berasal dari sebuah desa di pedalaman Banten, yang entah mengapa terdampar di kota ini. Ia seorang anak kecil yang selalu saya lihat ketika mampir untuk makan siang di kawasan blok s.

Seperti kebanyakan anak jalanan seusianya, pakaiannya lusuh dan rambutnya memerah terkena sinar matahari Jakarta.

Apa yang istimewa dari seorang Bardi ? toh ada puluhan anak, ratusan atau mungkin ribuan anak jalanan seperti Bardi ... menjalani hidup di balik bayangan gedung-gedung jakarta, bertahan di balik teriknya panas matahari kota yang semrawut ini.

Iya, dia biasa saja... cuma ada sesuatu yang saya suka dari gayanya sehari-hari, setelah hampir satu bulan saya amati ... ia selalu dalam keadaan berjualan.

Beberapa hari saya lihat ia berdagang koran, beberapa hari kemudian saya lihat ia berjualan telur puyuh dalam bungkus plastik kecil-kecil, hari-hari selanjutnya saya lihat ia berjualan potongan buah dalam plastik sekepalan tangan.

Selalu saja begitu setiap hari, berjualan ... sementara teman-teman Bardi lainnya, saya lihat mulai bergelantungan di mikrolet, bertepuk-tepuk tangan entah bernyanyi atau menggerutu lantas meminta uang pada penumpang. Sebagian lagi temannya, mengelap kaca mobil yang sebenarnya tidak kotor, lantas meminta imbalan setengah memaksa. Bahkan sebagian lainnya dengan nekat meminta belas kasihan orang lewat, dengan gaya mengiba-ngiba.

Suatu siang, sembari menyeruput kopi saya yang tinggal setengah, saya panggil si Bardi ini, dan saya tanya kenapa ia selalu berjualan sedangkan teman-teman lainnya lebih banyak mengharap belas kasihan.

Dia cuma diam sesaat lantas menjawab ... "kata ibu saya, berdagang itu lebih baik daripada mengharap belas kasihan orang, jadi untuk tetap makan saya harus berdagang, oom"

Jawaban teramat sederhana dari seorang anak jalanan, tapi apa yang saya dapatkan hari ini ? sebuah harga yang tetap dijaga seorang anak, bahkan di jalanan sekalipun.

Oke Bardi, kamu memang beda ... saya yakin kelak kamu akan jadi pedagang besar.

21 January 2008

Ide terbaik bahkan belum pernah diciptakan ...

Seorang teman lama semasa kecil muncul tiba-tiba di hadapan saya melalui email pagi hari ini. Isinya cuma sebuah kalimat tanya singkat : "apa kabar, bro ?". Sebuah pertanyaan kecil, yang mampu memaksa saya seketika mengurut berbagai kejadian yang saya lalui bersama dia semasa kami kecil.

Kami berdua sering berjalan bersama di pematang kebun kangkung sepulang sekolah, kadang berkemah bersama pula di pinggiran kota selagi liburan sekolah dan tidak lupa menggoda anak-anak perempuan teman sekolah sehingga menangis. Tetapi terkadang kami juga berkelahi di lapangan sepakbola, dan segala kenakalan anak-anak yang kami jalani bersama. Kebersamaan itu kami lalui sejak sekolah dasar sampai sekolah menengah.

Selepas sekolah menengah kami tidak lagi saling bertemu, sesekali sedikit kabar sampai di telinga saya tentang kejatuhan ekonomi keluarganya, tentang meninggalnya sang ayah, tentang ibunya yang menikah lagi dengan seorang pemabuk. Tentang adik-adiknya yang terbengkalai sekolahnya, dan sebagainya yang melulu berisi cerita-cerita sedih.

Jadi saya teramat surprise atas munculnya email dari teman saya itu pagi ini. Tetapi yang lebih menarik dari email itu adalah, nama si pengirimnya yang juga menuliskan nama sebuah perusahaan yang dalam beberapa tahun ini cukup berkibar dalam dunia bisnis, yang sedikit-sedikit saya amati, karena saya juga bercita-cita memiliki bisnis sendiri. Bahkan seingat saya, perusahaan tersebut dalam setahun ini telah melakukan ekspansi yang sangat luar biasa, bahkan sempat membeli beberapa properti kelas kakap negeri ini.

Saya seketika bersyukur, karena mungkin teman saya tersebut merupakan karyawan dari perusahaan tersebut. Saya sedikit lega, segala kesulitan keluarganya selama ini pasti akan terasa lebih ringan, karena sang anak sulung sudah bekerja di sebuah perusahaan yang mapan. Sebuah pencapaian yang sangat tinggi untuk seorang anak dengan permasalahan ekonomi dan keluarga yang tidak cukup beruntung.

Karena rasa ingin tahu tentang di mana posisi teman saya dalam perusahaan tersebut, saya dengan iseng mulai browsing situs perusahaan tersebut....dan ketika saya melihat struktur perusahaan...ops !...saya terkaget-kaget seketika, nama teman saya tersebut tertera sebagai presiden direktur.

Surprise yang kedua buat saya pagi ini, sangat-sangat jauh dari bayangan saya ... teman saya itu sekarang seorang presiden direktur dari sebuah perusahaan kakap negeri ini.

Segera saya ambil handphone saya, dan dengan perasaan berdebar saya coba hubungi dia... dan benar... teman saya itu sekarang memang seorang presiden direktur, dalam usia yang masih cukup muda, 32 tahun.

Setelah berbincang kesana-kemari, saya mencoba meminta 'rahasia' bagaimana cara merubah hidup dari seorang 'yang bukan apa-apa' sehingga menjadi sesukses sekarang ini. Jawaban teman saya singkat saja ... bahwa semuanya bermula dari sebuah ide, dan kepercayaan bahwa ide terbaik belum pernah diciptakan...

Yup, pikiran saya mendadak terbuka terang, ide terbaik memang belum pernah diciptakan, sebuah nilai hidup penuh optimisme saya pelajari dari teman saya pagi ini. Sebuah nilai yang membawanya meraih impian dalam hidup.

Pagi ini, dari teman masa kecil saya itu, saya memperoleh pelajaran berharga bahwa selalu ada kesempatan untuk membuat ide yang lebih baik ... lebih baik dan lebih baik lagi, dari semua ide kita yang ada sekarang ini. Karena ide terbaik memang belum pernah diciptakan ...

Saya jawab segera email teman saya itu dengan kalimat singkat : congrats, bro !